Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Thursday, 5 April 2012

Ketika Iblis Membentangkan Sejadah...

salam.

Siang menjelang zohor. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jumaat, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berpusu-pusu datang. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, melalui jendela, pintu atau masuk melalui lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk melalui telinga, ke dalam saraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah.
"Hai, iblis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis kasar.
"Ini rumah Tuhan, iblis! Tempat yang suci,Kalau kau mahu ganggu, kau boleh buat diluar nanti!", Kiai mencuba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari menguji cuba sistem baru". Kiai tercengang.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu". "Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, iblis?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah demi keuntungan besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,iblis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap pereka sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para pereka itu membuat sajadah yang lebar-lebar."
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih berleluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya akan ikut
membentangkan sajadah".
Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil,
tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berfikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang solat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".
Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi,apabila bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertutup, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, kerana sajadahnya ditutup oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, tak mahu menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai perbedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi subordinat dari orang yang berkuasa.
Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai perlahan.

-the end- :)

ku teruskan berjalan,melihat dan mentafsir...

selawat.~

0 comments:

Post a Comment

 

"Cantik wanita kerana kejernihan wajah
Manis wanita kerana senyuman yang indah
Indah wanita kerana kesederhanaan lahiriah
Hebat wanita kerana keimanan yang teguh... "

Hamba ingin menjadi pejuang
Yang menjunjung tinggi kemanusiaan
Menegakkan agama Allah
Kukuh hingga ke akhirat
Wanita juga mampu menyaingi
Yakni bila kau berbakti...
Itulah kekuatan dari Illahi.